Tuesday, May 29, 2007

Apa itu 'Bunda'?

Malam ini, tepat pukul 11 malam, seperti malam-malam sebelumnya. Mataku yang sayup terpejam, mendengar suara itu lagi. Suara seorang wanita, yang selalu menggendongku malam hari, menciumi aku dengan gemas, sampai kemudian aku terbangun, malam hari. Untuk kesekian kalinya, wanita itu selalu menyapaku dengan sebutan cinta sambil tersenyum. Aku tidak pernah benar-benar mengenali wajah wanita itu. Hari ini sudah lebih dari 32 kali dia mengajak aku bercanda. Mencoba membuat wajah lucu dengan harapan aku dapat tersenyum dan tertawa terbahak-bahak. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mengenalinya.

“Ayo, cinta! Panggil Bunda, gitu… bundaaaa…..bundaaaa….” Teriaknya sambil mengembangkan senyuman. Sekali lagi. Kenapa wanita itu sangat percaya diri memerintahkan aku untuk memanggilnya sebagai bunda? Ingin rasanya aku berkata padanya, “Aku tidak kenal kamu, wahai wanita yang selalu tersenyum!” Kataku dalam diam.

Aku terlanjur terbangun. Sambil sesekali terpejam, seraya mengantuk, aku melihatnya terus tersenyum memandangi aku. Matanya penuh cinta. Suaranya memanggil diriku sangat terdengar indah, seolah diiringi dengan aura kasih sayang dari dalam dirinya. Pegangannya lembut seolah terbuat dari tumpukan kain sutera berlapis-lapis. Tapi aku tetap tidak bisa mengenalinya, walau ia menyuruhku memanggilnya dengan sebutan Bunda.

Ia menidurkan aku di dalam kamar itu, tepat di sampingnya. Ia ciumi seluruh wajahku. Mengajak aku kembali bercanda. Namun kali ini ia kecewa. Malam ini aku tidak memberikannya senyuman. Aku mungkin ingat rasa genggaman itu. Aku mungkin mendengar samar suara panggilan itu, tapi tidak dalam waktu yang lama. Mungkin hanya ketika aku terbangun di malam hari. Seperti saat ini.

Bahkan ketika aku bangun di pagi hari. Wanita yang selalu tersenyum itu pun sudah pasti selalu berada di samping ku, terbangun dari tidurnya karena desahanku. Ia mungkin merasa terganggu, tapi kemudian tangan itu menggendongku erat dalam pangkuannya. Mengayun-ayunkan aku dengan mata terpejam, menahan sedikit kantuknya dengan menyanyikan nina bobo.

”Aku haus” kataku dalam sebuah tangis. Ia kemudian berdiri dengan gontai. Mengambil botol susu dan mengisinya. Ia jejalkan botol itu dalam mulutku. Aku berterimakasih padanya, yang telah menghilangkan dahagaku. Tapi tetap aku tidak mengenalinya.

Seorang perempuan lain mengambilku dari tempat tidur. Aku mengenalinya. Dialah yang selama ini mengurusiku. Memandikan aku setiap pagi dan sore hari. Memberi aku makan setelah itu. Menggantikan popokku saat sudah berat terisi oleh air. Dan kadang membawaku jalan melihat orang berlalu lalang, memamerkan aku di sepanjang jalan di sela-sela waktu. Tapi dia tidak pernah memintaku memanggilnya dengan sebutan bunda. Aku bingung. “Apa itu Bunda?”

Aku memperhatikan wanita itu bergegas. Tidak ada senyuman untukku pagi ini. Tapi aku terus memperhatikannya. Ada rasa rindu di hati ini. Rindu akan senyumannya. Genggaman tangannya, bahkan suaranya menyuruhku memanggilnya Bunda.

Itu dia! Dia tersenyum ke arahku. Berjalan perlahan menghampiriku yang masih tergeletak di atas tempat tidur setelah perempuan yang lain memandikanku. Ia panggil aku lagi dengan sebutan cinta. Ia tatap mataku dalam-dalam, sambil tersenyum, seraya berharap aku pun akan tersenyum. Ia ciumi kedua pipiku, dahiku. Lalu ia ambil ke lima jari tanganku,.didekatkannya punggung jari-jarinya sendiri kearah mulutku secara bersamaan. “Cinta, Bunda jalan dulu, ya! Doain Bunda biar dapet uang yang banyak buat beliin kamu susu. Doain bunda juga biar Bunda selamat sampai di kantor dan pulang kembali ke rumah. Bunda sayang kamu.” Katanya.

Hanya itu kata-katanya yang aku dengar setiap pagi. Ia menggendong aku sebentar sampai pintu rumah. Kemudian perempuan lain mengambilku dari tangannya. Aku masih ingin merasakan gendongan lembut itu. Namun tidak bisa. Ia telah menjauh dari pandanganku. Aku menangis dengan keras mengharapkan dirinya kembali dan menggendongku. Tapi ia tak kunjung datang.

Seperti pagi di hari-hari kemarin. Aku hanya bisa merasakan dirinya hadir dengan durasi 3 jam saja.

Seperti malam-malam kemarin. Aku hanya bisa merasakan dirinya kembali hanya selama dua jam saja.

Aku berjanji akan memanggilnya Bunda setiap hari, asal ia selalu berada di sampingku siang dan malam.

No comments: